BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pembelajaran IPA sangat berperan
dalam proses pendidikan dan juga perkembangan Teknologi, karena IPA memiliki
upaya untuk membangkitkan minat manusia serta kemampuan dalam mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemahaman tentang alam semesta yang
mempunyai banyak fakta yang belum terungkap dan masih bersifat rahasia sehingga
hasil penemuannya dapat dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan alam yang baru
dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
Dengan demikian, IPA memiliki peran
yang sangat penting. Kemajuan IPTEK yang begitu pesat sangat mempengaruhi
perkembangan dalam dunia pendidikan terutama pendidikan IPA di Indonesia dan
negara-negara maju.
IPA menjadi salah satu pelajaran
yang sebenarnya sangat potensial dalam mengembangkan potensi, baik itu dari
segi sumber daya alam juga dapat meningkatkan SDM menyangkut tentang hakekat
IPA.
Kenyataan yang terjadi di Indonesia,
mata pelajaran IPA tidak begitu diminati dan kurang diperhatikan. Apalagi
melihat kurangnya pendidik yang menerapkan konsep IPA. Permasalahan ini
terlihat pada cara pembelajaran IPA serta kurikulum yang diberlakukan sesuai
atau malah mempersulit pihak sekolah dan siswa didik, masalah yang dihadapi
oleh pendidikan IPA sendiri berupa materi atau kurikulum, guru, fasilitas,
peralatan siswa dan komunikasi antara
siswa dan guru.
Oleh sebab itu untuk memperbaiki
pendidikan IPA diperlukan pembenahan
kurikulum dan pengajaran yang tepat dalam pendidikan IPA. Masalah ini juga yang
mendasari adanya kurikulum yang di sempurnakan (KYD) yang saat ini sedang di
kembangkan di sekolah-sekolah, yaitu KTSP.
B.
Rumusan Masalah
1. Pengertian hakekat IPA?
2. Menjelaskan
tentang Keterampilan Poses Sains (KPS)?
3. Menjelaskan apa Kedudukan IPA
Sebagai Proses, Produk dan Sikap Ilmiah?
C.
Tujuan
1. Dapat
mengetahui dan memahami pengertian dari hakekat IPA
2. Mengetahui
yang dimaksud Keterampilan Poses Sains (KPS)
3. Dapat Menjelaskan apa Kedudukan IPA
Sebagai Proses, Produk dan Sikap Ilmiah
BAB II
ISI
A.
Pengertian
Hakekat IPA
Ilmu pengetahuan alam atau Sains merupakan terjemahan kata-kata inggris yaitu natural science artinya ilmu yang mempelajari
tentang alam. Sehubungan dengan itu Darmojo, 1992 (Samatowa, 2006: 2)
menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains adalah pengetahuan yang rasional dan obyektif tentang
alam semesta dengan segala isinya. Selain itu Nash, 1993 (Samatowa, 2006: 2)
menyatakan bahwa Sains
itu adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Nash juga menjelaskan
bahwa cara sains mengamati dunia bersifat analisis, lengkap, cermat serta
menghubungkan antara satu fenomena dengan fenomena lain, sehingga
keseluruhannya membentuk suatu prespektif
yang baru tentang objek yang diamatinya. Jadi penekanan dalam pembelajaran
Sains adalah pengembangan kreativitas anak dalam mengelolah pemikirannya
menghubungkan antara satu fenomena dengan fenomena lain yang ada
dilingkungannya, sehingga memperoleh suatu gagasan (ide), pemahaman, serta pola
baru dalam berfikir memahami suatu objek yang diamati.
James, 1997 (Samatowa, 2006: 1) mendefinisikan Sains sebagai
suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain dan
yang tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan observasi, serta berguna untuk
diamati dan dieksperimentasikan lebih lanjut.
Kemudian Whitehead, 1999 (Samatowa, 2006: 1) menyatakan bahwa Sains
dibentuk karena pertemuan dua orde pengalaman.
Secara umum petikan
di atas memberikan pengertian (1) Sains adalah sejumlah proses kegiatan
mengumpulkan informasi secara sistematik tentang dunia sekitar, (2) Sains
adalah pengetahuan yang diperoleh melalui proses kegiatan tertentu, dan (3)
Sains dicirikan oleh nilai-nilai dan sikap para ilmuwan menggunakan proses
ilmiah dalam memperoleh pengetahuan. Dengan kata lain, Sains adalah proses
kegiatan yang dilakukan para saintis dalam memperoleh pengetahuan dan sikap
terhadap proses kegiatan tersebut.
Sains didasarkan pula pada pendekatan empirik dengan asumsi bahwa alam raya ini dapat dipelajari, dipahami, dan
dijelaskan dengan tidak semata-mata bergantung pada metode kasualitas tetapi
melalui proses tertentu, misalnya observasi, eksperimen dan analisis rasional.
Dalam hal ini juga digunakan sikap
tertentu, misalnya berusaha berlaku seobyektif mungkin, dan jujur dalam
mengumpulkan dan mengevaluasi data.
Dengan menggunakan proses dan sikap ilmiah ini akan melahirkan
penemuan-penemuan baru yang menjadi produk Sains. Jika Sains bukan hanya
terdiri atas kumpulan pengetahuan atau berbagai macam fakta yang dapat dihafal,
terdiri atas proses aktif menggunakan, pikiran dalam mempelajari gejala-gejala
alam yang belum dapat diterangkan.
B. Keterampilan Poses Sains (KPS)
Menurut
Rustaman (2003), keterampilan proses adalah keterampilan yang melibatkan
keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual dan sosial.
Keterampilan kognitif terlibat karena dengan melakukan keterampilan proses
siswa menggunakan pikirannya. Keterampilan manual jelas terlibat dalam
keterampilan proses karena mereka melibatkan penggunaan alat dan bahan,
pengukuran, penyusunan atau perakitan alat. Keterampilan sosial juga terlibat
dalam keterampilan proses karena mereka berinteraksi dengan sesamanya dalam
melaksanakan kegiatan belajar-mengajar, misalnya mendiskusikan hasil
pengamatan. Keterampilan proses perlu dikembangkan melalui
pengalaman-pengalaman langsung sebagai pengalaman belajar. Melalui pengalaman
langsung, seseorang dapat labih menghayati proses atau kegiatan yang sedang
dilakukan.
Keterampilan
Proses Sains (KPS) adalah perangkat kemampuan kompleks yang biasa digunakan
oleh para ilmuwan dalam melakukan penyelidikan ilmiah ke dalam rangkaian proses
pembelajaran. Menurut Dahar (1996), keterampilan proses sains (KPS) adalah
kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan
dan menemukan ilmu pengetahuan. KPS sangat penting bagi setiap siswa sebagai
bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains serta
diharapkan memperoleh pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang
telah dimiliki.
KPS terdiri dari sejumlah keterampilan
tertentu. Klasifikasi KPS adalah sebagai berikut:
1.
Mengamati
Mengamati
adalah proses pengumpulan data tentang fenomena atau peristiwa dengan
menggunakan inderanya. Untuk dapat menguasai keterampilan mengamati, siswa
harus menggunakan sebanyak mungkin inderanya, yakni melihat, mendengar,
merasakan, mencium dan mencicipi. Dengan demikian dapat mengumpulkan
fakta-fakta yang relevan dan memadai.
2.
Mengelompokkan/Klasifikasi
Mengelompokkan
adalah suatu sistematika yang digunakan untuk menggolongkan sesuatu berdasarkan
syarat-syarat tertentu. Proses mengklasifikasikan tercakup beberapa kegiatan
seperti mencari kesamaan, mencari perbedaan, mengontraskan ciri-ciri,
membandingkan, dan mencari dasar penggolongan.
3.
Menafsirkan
Menafsirkan
hasil pengamatan ialah menarik kesimpulan tentatif dari data yang dicaatnya.
Hasil-hasil pengamatan tidak akan berguna bila tidak ditafsirkan. Karena itu,
dari mengamati langsung, lalu mencatat setiap pengamatan secara terpisah,
kemudian menghubung-hubungkan hasil-hasil pengamatan itu. Selanjutnya siswa
mencoba menemukan pola dalam suatu seri pegamatan, dan akhirnya membuat
kesimpulan.
4.
Meramalkan
Meramalkan
adalah memperkirakan berdasarkan pada data hasil pengamatan yang reliabel
(Firman, 2000). Apabila siswa dapat menggunakan pola-pola hasil pengamatannya
untuk mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamatinya,
maka siswa tersebut telah mempunyai kemampuan proses meramalkan.
5.
Mengajukan
pertanyaan
Keterampilan
proses mengajukan pertanyaan dapat diperoleh siswa dengan mengajukan pertanyaan
apa, mengapa, bagaimana, pertanyaan untuk meminta penjelasan ataupertanyaan
yang berlatar belakang hipotesis.
6.
Merumusakan
hipotesis
Hipotesis
adalah suatu perkiraan yang beralasan untuk menerangkan suatu kejadian atau
pengamatan tertentu.
7.
Merencanakan
percobaan
Agar siswa
dapat memiliki keterampilan merencanakan percobaan maka siswa tersebut harus
dapat menentukan alat dan bahan yang akan digunakan dalam percobaan.
Selanjutnya, siswa harus dapat menentukan variabel-variabel, menentukan
variabel yang harus dibuat tetap, dan variabel mana yang berubah. Demikian pula
siswa perlu untuk menentukan apa yang akan diamati, diukur, atau ditulis,
menentukan cara dan langkah-langkah kerja. Selanjutnya siswa dapat pula
menentukan bagaimana mengolah hasil-hasil pengamatan.
8.
Menggunakan
alat dan bahan
Untuk
dapat memiliki keterampilan menggunakan alat dan bahan, dengan sendirinya siswa
harus menggunakan secara langsung alat dan bahan agar dapat memperoleh
pengalaman langsung. Selain itu, siswa harus mengetahui mengapa dan bagaimana
cara menggunakan alat dan bahan.
9.
Menerapkan
konsep
Keterampilan
menerapkan konsep dikuasai siswa apabila siswa dapatmenggunakan konsep yang
telah dipelajarinya dalam situasi baru atau menerapkan konsep itu pada pengalaman-pengalaman
baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi.
10.
Berkomunikasi
Keterampilan
ini meliputi keterampilan membaca grafik, tabel, atau diagram dari hasil
percobaan. Menggambarkan data empiris dengan grafik, tabel, atau diagram juga
termasuk berkomunikasi. Menurut Firman (2000), keterampilan berkomunikasi
adalah keterampilan menyampaikan gagasan atau hasil penemuannya kepada orang
lain.
C.
Kedudukan IPA Sebagai Proses, Produk
dan Sikap Ilmiah
1. IPA Sebagai Proses
IPA sebagai proses mengandung pengertian cara berpikir dan
bertindak untuk menghadapi atau merespons masalah-masalah yang ada di
lingkungan. Jadi, IPA sebagai proses menyangkut proses atau cara kerja untuk
memperoleh hasil (produk) inilah yang kemudian dikenal sebagai proses ilmiah.
Melalui proses-proses ilmiah akan didapatkan temuan-temuan ilmiah.
2. IPA sebagai Produk
Produk IPA adalah sekumpulan hasil kegiatan empirik dan kegiatan analitik yang dilakukan oleh para ilmuwan selama berabad-abad. Produk IPA yang disebut istilah adalah sebutan, simbol atau nama dari benda-benda dan gejala-gejala alam, orang, tempat.
3. IPA Sebagai Sikap Ilmiah
Makna “sikap” pada pengajaran IPA dibatasi pengertiannya pada “sikap ilmiah terhadap alam sekitar”. Ada Sembilan aspek sikap dari ilmiah yang dapat dikembangkan, yaitu : (1) sikap ingin tahu; (2) sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru; (3) sikap kerja sama; (4) sikap tidak putus asa; (5) sikap tidak berprasangka; (6) sikap mawas diri; (7) sikap bertanggung jawab; (8) sikap berfikir bebas; (9) sikap kedisiplinan diri. Sikap ilmiah ini dapat dikembangkan ketika siswa melakukan diskusi, percobaan, simulasi atau kegiatan di lapangan.
BAB
III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Hakekat
IPA adalah suatu cara atau metode untuk
mengamati alam.yang memiliki keterampilan proses di dalamnya mulai dari mengamati,
mengelompokkan/klasifikasi, menafsirkan, meramalkan, mengajukan pertanyaan, merumusakan
hipotesis, merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, menerapkan
konsep dan berkomunikasi, dan IPA memiliki kedudukan sebagai proses, IPA
sebagai produk dan IPA sebagai sikap ilmiah.
DAFTAR
PUSTAKA
Dede.
2013. Kedudukan IPA. (Online) http://tpardede.wikispaces.com/
Unit+1.2+Kedudukan+ IPA+Sebagai+Proses,+Produk +dan+Sikap+Ilmiah . Diakses: 27
september 2014.
Dinna,
rachma. 2013. Hakekat IPA. (Online )http://dinong-jepeh.blogspot.com/2013/04/hakikat-ipa-semester-2.html
. Diakses: 27 september 2014.
0 comments:
Post a Comment